Sebuah Persembahan Karya Pena


Senin, 30 Juni 2014

 Resensi Buku Kuda Besi



Judul Buku     : KUDA BESI (Kumpulan Dongeng dan Fantasi Anak Bersama Birokreasi)
Pengarang     : Wahyu Widyaningrum, dkk.
Penerbit         : www.birokreasi.com
Tahun Terbit   : 2014
Tebal              : 178 halaman

Buku Kumpulan Dongeng dan Fantasi Anak ini merupakan proyek penggalangan dana yang dibuat oleh tim Birokreasi untuk sebuah panti asuhan 'Yayasan Sayap Ibu" di Yogyakarta. Ide pembuatan buku ini sendiri muncul dari interaksi tim penerbit bersama seorang aktivis yang kerap membantu-bantu di panti asuhan tersebut. Menurutnya, apa yang didapatkan oleh anak-anak yatim piatu di panti asuhan tersebut masih jauh dari kata layak. Kurangnya susu, makanan dan tenaga pengasuh menjadi masalah keseharian yang mereka hadapi. Oleh karenanya, melalui proyek sayembara menulis ini tim birokreaksi berhasil mengumpulkan 12 cerpen dari hasil karya pemenang. Masing-masing cerpen mempunyai cerita menarik tersendiri. Di awal, kita akan disuguhkan  dengan cerita yang mengangkat tema fantasi fabel seperti Maestro Kodok: Pemimpin Orkestra Padang Rumput. Kisah ini menceritakan tentang seorang Maestro kodok dan seorang kelinci yang mencari butiran embun untuk diberikan kepada para kodok yang menjadi anggota orkestra musim hujan.Tanpa butiran embun, para kodok tidak bisa bernyanyi di musim hujan. Dengan penuh perjuangan sang maestro dan kelinci mencari butiran embun tersebut hingga ke seberang pulau. Mereka harus membawa pulang kotak butiran embun sebelum musim penghujang tiba.
Pada cerita kedua, kita akan bertemu dengan Murkit si peri kecil yang masih bingung menemukan cita-citanya. lewat cerita Cita-Cita Si Peri Kecil ini, penulis menggambarkan bahwa setiap orang memiliki keunikan dan kelebihan masing-masing. "Nak, seiring waktu berjalan, kamu akan menemukan apa yang kamu suka. kalau kamu sudah menyukai sesuatu, kamu bisa terus mempelajarinya dan menjadi semakin pintar,"
Cerita Ketiga, ada Kisah Sepotong Roti yang ingin merasakan dunia bebas. Sepotong roti tersebut sudah bosan setiap hari harus ke rumah Nenek. Suatu hari sepotong roti tersebut kabur dari sebuah keranjang roti yang biasa dibawa oleh seorang gadis ke rumah Nenek. Ia merasa senang dan bebas. Namun, kebebasan yang ia lihat di luar sana ternyata sangat jauh berbeda dari yang dibayangkan.Ia bertemu banyak hal. Mulai dari bunga-bunga, burung pipit, toko kue, kue ulang tahun, cupcake, kucing liar, kue pukis, dan seorang pemulung. Karena petualang itulah akhirnya sepotong roti tersebut menyadari bahwa segala sesuatu yang diciptakan tentu berguna dan membawa kebahagiaan untuk orang lain.
Kemudian ada Dongeng Empat Saudara yang menggembara ke seluruh negeri. Sampai akhirnya mereka menemukan sebuah pohon harapan di lembah yang sangat gelap dan dingin. Pohon harapan dapat mengabulkan segala permintaan keempat saudara tersebut.
Selanjutnya, kita akan bertemu dengan seorang putri yang yang sangat dimanja sejak kecil. Sayangnya, karena kebiasaan itu menjadikan putri tersebut sombong dan pemarah. Bertemu dengan seorang Nenek bermata biru di sebuah hutan saat tersesat membuat Kimuzu yang Pemarah menyadari kesalahannya.
Pada cerita keenam kita akan dibawa berimajinasi kisah seorang peri kecil Bogozi, yang sangat ingin memiliki Ranting Penyihir, sebutan anak-anak di Kota Peri untuk ranting ajaib yang dapat digunakan untuk bermain macam-macam permainan. Namun, penghasilan kedua orangnya tidak mampu membeli sebuah ranting penyihir seharga tujuh uang penyihir atau setara dengan tiga puluh lima uang peri. Tanpa ranting penyihir pun, Bogozi masih bisa bermain dengan teman-temannya. Karena ranting penyihir yang harganya mahal itu, ada batas kekuatannya. 
Pada cerita ketujuh, kita akan bertemu dengan seekor semut hitam yang besar dan kuat. Dalam cerita ini, penulis mengangkat tema yang melatarbelakangi kehidupan semut. Bagaimana semut bekerja sama dalam mencari sumber makanan. Ilmu pengetahuan serta pesan moral dikemas dengan baik dalam cerita Fahrel Si Semut Congkak ini.
Di cerita yang kedelapan ada Nula dan Peri Kue. Nula adalah seorang gadis miskin. Tidak punya tempat tinggal. Hidupnya hanya mengikuti kemana arah kakinya berjalan. Namun, hal ini tidak mengurungkan semangatnya untuk berbagi kepada orang lain yang lebih membutuhkan. Kerana kebaikan hatinya, Nula mempunyai kesempatan bertemu dengan peri kue dan tinggal di negeri kue.
Berikutnya ada kisah seekor kelinci Si Putih dan Wortel Impian. Pada kisah si Putih ini, penulis memberikan gambaran tentang menjaga kepercayaan. Si Putih diberikan amanah oleh seorang nenek kelinci untuk mengantarkan satu karung wortel kepada cucunya di pulau seberang.
Kemudian kita kembali dibawa bernostalgia pada kisah cinta seorang putri dan pangeran lewat cerita Puteri Angsa Putih. Lan adalah seorang puteri bungsu dari keenam puteri Bundadari. Tugasnya hanyalah bersih-bersih rumah. Lan berbeda dengan kelima saudaranya. Ia tidak pernah diizinkan untuk keluar dari istana. Lan sering menghabiskan waktunya bersama sebatang pohon Shidare sambil membuat origami angsa dari daun-daun shidare yang jatuh. Origami angsa itulah yang akhirnya membuat pangeran dari Edohigan jatuh cinta pada Lan.
Cerita yang kesebelas ada kisah Desas Desus Si Buaya. Pada cerita ini, penulis menyampaikan sebuah pesan moral agar kita tidak mudah berburuk sangka kepada orang lain. Buli Buaya yang dikenal sebagai hewan buas, menjadi bahan perbincangan hewan-hewan di seluruh penjuru hutan karena dianggap hendak memakan Beku Burung. Padahal, Buli Buaya hanya bermaksud menolong.
Sampai pada cerita terakhir. Ada Otak cemerlang Piliang. Piliang adalah anak yang cerdas. Namun, ia berasal dari keluarga miskin. Sehingga ia tidak bisa bersekolah seperti teman-teman sebayanya. Tersebarnya berita tentang hilangnya harta istana membuat Piliang kecil memberanikan diri menuju istana untuk membantu Raja Ampera menemukan harta tersebut. Dan memang benar, otak cemerlang Pilianglah yang berhasil memecahkan teka teki hilangnya harta istana tersebut.

Kelebihan Buku:
Buku ini menyampaikan banyak sekali pesan moral. Sangat bagus dibaca terutama bagi anak-anak.

Kekurangan Buku:
Buku ini berbentuk kumpulan cerpen, bukan fabel. Sehingga hanya bisa dibaca oleh anak berumur di atas lima tahun. Untuk pembaca di bawah lima tahun bisa dibantu didongengkan oleh orang tua atau orang yang lebih dewasa. Karena bukan berbentuk cerita bergambar seperti komik, sehingga kurang menarik perhatian anak-anak untuk membacanya.


http://www.birokreasi.com/shop/