Sebuah Persembahan Karya Pena


Kamis, 20 November 2014

Happy Birthday Mom...

Hari ini hari ke dua puluh bulan November. Ya...hari ini tepat umurku genap 28 tahun. Dan hari ini pula usiaku berkurang satu hari di dunia. Sangat bersyukur masih di kelilingi orang-orang yang meyanyangi yang selalu ingat dengan hari ini. Alhamdulillah...terima kasih untuk anugrah ini ya Allah...terima kasih untuk cinta yang kau hadirkan walau sepuluh tahun terakhir aku menjalani kehidupan tanpa sentuhan seorang wanita yang hari ini juga merupakan hari penting baginya. Entah apa yang menjadi alasan beliau memilih tanggal dan bulan yang sama sebagai pengisi kekosongan identitas beliau di KTP. Yang aku tahu, beliau hanya mengatakan bahwa zaman dulu tidak ada akta kelahiran. Jadi, orang-orang zaman tidak tahu persis kapan, tanggal dan bulan berapa mereka dilahirkan. Paling hanya ingat tahunnya. Itupun kalau tidak salah menerka-nerka.
Dan, beliau memilih tanggal dan bulan kelahiranku sebagai hari lahirnya.
Selamat Ulang tahun Ibu...aku tahu, ada begitu banyak orang yang simpati padaku karena menjalani kehidupan tanpa dirimu. Tapi, aku yakin aku kuat dan akan baik-baik saja Ibu...karena ada Allah yang selalu menjagaku. Dan karena setiap cinta yang dulu kau tanamkan di kehidupanku membuat aku tumbuh lebih berarti sekarang.
Terima kasih untuk pengorbanmu selama ini Ibu...
Ibu...memang kadang aku sering merindukanmu. Aku iri melihat anak-anak gadis yang pergi berbelanja ke pasar dengan ibunya. Aku iri mendengar cerita teman yang katanya selalu curhat dengan ibunya tentang apapun. Aku iri melihat temanku yang sakit lalu ada ibunya yang menjaga, memeluk dan menggenggam tangan anaknya memberi kekuatan. Aku iri ketika melihat teman-teman yang lain saat wisuda di dampingi kedua orang tuanya. Aku iri melihat temanku ketika pergi dan pulang dari kuliah atau dari kantor ada yang memasakkan. Aku iri ketika ada temanku yang ingin pulang ke rumah cepat-cepat tujuannya adalah ingin bertemu ibunya. Aku iri melihat rumah orang lain ketika lebaran dipenuhi dengan makanan dan tamu-tamu. Aku iri ketika shalat berjama'ah di mesjid melihat temanku pergi bersama keluarga besarnya. Dan aku sangat iri ketika melihat temanku sengaja membelikan hadiah di hari ulang tahun ibunya...

Tapi Bu, sekarang kalau ingin belanja ke pasar aku sering ditemani sahabat-sahabatku. Kalau mau curhat pun ada Allah yang selalu mendengarkan. Kalau sakit, ada Pikar yang membantu membereskan pekerjaan rumah dan menyediakan makanan serta obat, ada Ozi yang menjaga dan mengurut kakiku yang pegal, juga ada Ayah yang membantu berbelanja dan memasak di dapur.
Saat wisuda, ada Ayah yang menemaniku. Meskipun kursi yang ada di sebelah Ayah kosong dan engkau tidak duduk di sampingnya, namun aku tahu engkau bangga dan bahagia karena telah berhasil mendidik dan membinaku dengan baik.
Sekarang pun aku sudah bisa memasak, ya...meski rasanya tidak seenak masakan engkau. Tapi, alhamdulillah aku bisa memastikan Ayah, abang dan adik-adikku tidak kelaparan. Padahal, dulu aku sama sekali tidak tahu apa-apa soal dapur.  Aku jarang sekali membantumu masak. Justru Abanglah yang sering membantu. Kalau sudah lelah dengan pekerjaan kantorku, biasanya kami sering membelinya di warung. Ya, kuakui memang lebih sering membeli di warung sih. Hehehe...karena aku tidak boleh terlalu lelah Ibu. Penyakit asmaku sering kumat kalau kelelahan.
Setiap pulang ke rumah, aku memang tidak punya tujuan seperti teman-temanku. Karena di rumah sering tak ada orang. Makanya aku sering memanfaat waktu itu untuk istirahat, menulis apa saja, kadang mengunjungi tempat-tempat tertentu untuk belajar banyak hal. Mencari inspirasi untuk tulisanku.
Saat lebaran, rumah kita memang sudah jarang dikunjungi tamu. Tapi, inilah kesempatan bagi kami untuk menjalin silaturrahim dengan sanak saudara dan kerabat. Kami lebih punya banyak waktu untuk mengunjungi mereka.
Ketika shalat berjama'ah di mesjid, aku memang sendirian dari rumah. Tapi sampai di sana, mereka yang berjama'ah denganku sudah menjadi keluargaku.
Dan hari ini, saat hari ulang tahunmu bertepatan dengan hari ulang tahunku, aku memang tidak bisa memberikan apa-apa untukmu Ibu...hanya untaian doa yang bisa aku panjatkan. Untuk setiap kasih sayangmu dan setiap pelajaran berharga yang kami dapatkan setelah menjalani kehidupan tanpa dirimu.
Terima kasih Ibu...ragamu memang tidak hidup bersama kami, tapi hatimu selalu hidup bersama hati kami.
I MISS U :'(