Sebuah Persembahan Karya Pena


Minggu, 20 April 2014

Ibu

https://www.youtube.com/watch?v=ssUoTDa8JsA&feature=youtube_gdata_player

Lembut kukenang, kasihmu ibu
Di dalam hati kukini menanggung rindu
Engkau tabur kasih, seumur masa
Bergetar syahdu oh di dalam nadiku

Sembilan bulan ku dalam rahimmu
Bersusah payah oh ibu jaga diriku
Sakit dan lemah tak kau hiraukan
Demi diriku oh ibu buah hatimu

Tiada kumampu membalas jasamu
Hanyalah doa oh disetiap waktu
Oh ibu tak henti kuharapkan doamu 2x
Mengalir di setiap nafasku 2x
Oh ibu, ibu, ibu

Indah bercanda denganmu ibu
Di dalam hati kukini slalu merindu
Sakit dan lelah tak kau hiraukan
Demi diriku oh ibu buah hatimu

Allahummafirlii waliwaa lidayya
Warhamhumma kamaa rabbayaani shaghriraa...

Lirik lagu di atas adalah soundtrack film hafalan shalat delisa. Ceritanya diangkat berdasarkan kisah nyata dari novel karya penulis ternama "darwis tereliye".
Hmm, setiap kali menonton film ini, jujur, aku selalu menitikan air mata. Begitu banyak pesan moral yang disampaikan. Mengingatkan kita bagaimana caranya bersyukur meski hidup begitu sulit.
Selain itu, peristiwa tsunami yang menjadi latar cerita, seolah membawaku kembali pada keadaan dimana aku pernah mengalami peristiwa yang dialami si tokoh utama delisa. Sungguh, aku tidak bohong...air tsunami itu sangat mengerikan. Meninggalkan trauma yang berkepanjangan bagi orang-orang yang merasakan secara langsung. Di dalamnya sangat gelap, penuh dengan lumpur, rasanya membuat mual, tidak seenak air kopi atau milkshake coklat. Belum lagi bila kau tahu apa saja yang ada di dalamnya. Ada mobil, alat-alat rumah tangga, properti, pohon, kawat, genteng,  besi, motor, hewan-hewan liar seperti ular, buaya, binatang-binatang kecil berbahaya, dan tembok-tembok rumah. Mengerikan bukan? Belum lagi ketika air bah itu berputar-putar membawamu kesana kemari seperti ranting pohon yang tak berdaya. Bila tak kena apapun maka dia selamat, tapi bila salah satu benda itu mengenainya, maka ranting itu akan patah. Tiada guna engkau bisa berenang, meski seorang atlit renang sekalipun. Karna kau adalah manusia. Kita adalah manusia lemah tak berdaya. Yang tak memiliki kekuatan dan daya upaya tanpa pertolongan dari-Nya.
Maka cerita ini, ingin sekali kubagi. Ke dalam sebuah buku yang nantinya akan bercerita tentang sebuah peristiwa yang amat dahsyat pernah menjadi sejarah kehidupan anak manusia. Semoga aku bisa merampungkannya.
Tulisan itu akan aku persembahkan untuk ibuku, "Ira" adik perempuanku, fera, lia, dan kak nova.
Mereka adalah orang-orang penting yang pernah mewarnai hidupku. Mereka hilang karena peristiwa tsunami di minggu pagi 26 Desember 2004.
I love them :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar