Sebuah Persembahan Karya Pena


Kamis, 26 Desember 2013

9 Tahun Yang Lalu (Tsunami Aceh 26 Desember 2004)

Deungoe lon kisah saboh riwayat...
Kisah baroe that baro that di Aceh Raya...
Lam Karu Aceh, Aceh, Timoe ngon Barat ngon Barat...
Di saboh tempat, tempat, munoe ceritra...
#Rafly_Aneuk Yatim

9 tahun yang lalu keadaan Aceh masih mencekam. Hujan peluru dimana-mana. Letusan bom sudah menjadi makanan sehari-hari. Tidur tak nyaman di malam hari sering dirasakan. Dan perubahan terjadi karena peristiwa besar.
Tepat tanggal ini. Pukul 08.00 WIB di bumi Aceh pernah terjadi bencana kemanusiaan terbesar sepanjang sejarah hidup anak manusia. Sekitar 238.000 jiwa menjadi korban. Separuh daratan rata dengan tanah.
Tak ada yang tahu bencana itu akan datang. karena masing-masing orang sedang melakukan aktivitas di minggu pagi nan cerah. Tamasya ke pantai, jogging di lapangan Blang Padang, atau sekedar bercanda gurau dengan keluarga di rumah.
Tiba-tiba bumi bergoncang 9,00 SR. merubuhkan beberapa bangunan dan menewaskan beberapa orang.

Tak lama, gelombang air setinggi 9 meter datang menerjang. menghantam apa saja yang ditemuinya dan meluluhlantakkan Serambi Mekkah. Mengerikan sekali. Tak pernah terbayangkan. dan kita takkan mampu berbuat apa-apa. Bahkan seorang atlet renang sekalipun takkan mampu menghalau tumpukan-tumpukan pohon, bangunan, properti, manusia, hewan dan segala bentuk ada di dalamnya.

 

 Semua orang berlari menyelamatkan diri. Mengungsi. Tak hiraukan lagi apa yang terjadi. Mengakibatkan kemacetan dimana-mana. Sehingga menimbulkan korban lagi akibat kecelakaan lalu lintas.

 

Tinggalah kehancuran dan kesedihan yang tersisa. Semua orang menangis, bahkan dunia berduka mendengar kabar ini.

 
 


Semua dalam keadaan yang sama. Kembali menjadi nol. Tak memiliki apa-apa. Dan saat itulah rasa kemanusiaan itu timbul. Meski tak saling kenal, meski bukan sanak saudara. Setiap orang saling menolong satu sama lain.


Bantuan kemanusiaan pun datang dari berbagai belahan bumi. Turki, Jerman, Jepang, Yunani, Inggris, Portugal, Amerika, dan banyak lagi lainnya.


Pasca Tsunami cuaca sangat mencekam. Gempa susulan terus terjadi. Listrik masih padam. Sumber air bersih masih sulit didapat. Pom Bensin panjang antrian. Angin topan kecil sering terjadi. Halilintar terlihat jelas di langit-langit. Sebagian orang tinggal di pengungsian dan di rumah sanak saudara yang tidak terkena Tsunami.

 Proses pemulihan berlangsung berbulan-bulan. Sampai setahun para relawan pun kembali ke negara asal. berbagai infrastruktur terus mengalami perbaikan. dan untuk mengenang tragedi tersebut pemerintah menjadikan sebuah kapal PLTD sebagai monumen. Kapal yang terseret sejauh lebih kurang 3 meter dari laut ke pemukiman warga di desa Punge Blang Cut, Banda Aceh. Selain itu, pemerintah juga mendirikan sebuah museum Tsunami.


 






Setiap tanggal 26 Desember masyarakat Aceh memperingati tragedi Tsunami.





 Disini, disana, kita semua sama...
dan kini kuhanya ingin sembuhkan luka...
biarlah yang telah berlalu jadi makna berarti...
kuingin Indonesia tersenyum...
Dengarlah, resapi, ini pasti teguran...
mungkin kami lengah banyak menimbun dosa...
oh Tuhan berikan ampunmu...
kuatkanlah semua...
hapus duka dan sembuhkan luka...




#Setiap kejadian pasti mengandung hikmah







"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un." Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk". [al Baqarah/2:155-157]



Minggu, 22 Desember 2013

Happy Mothers Day Mom...We Miss U

Ibu...hari ini adalah hari ibu sedunia. Ada banyak sekali para anak yang mengekspresikan cintanya di hari Ibu. Mulai dari menggantikan pekerjaan rumah Ibunya, Ibunya dalam satu hari ini tidak dibolehkan bekerja cukup bersantai dan berleha-leha di rumah. Ada juga yang memberikan kado spesial, memberikan bunga, membuat puisi, mengajak jalan-jalan dan masih banyak lagi persembahan sang anak untuk ibunya.
Tapi, kami disini sudah tidak bisa melakukan itu lagi. Kami tidak bisa mengajakmu jalan-jalan, memberikan kado spesial walau seluruh pekerjaanmu sudah aku gantikan sejak 9 tahun yang lalu. Sejak tragedi Tsunami menghilangkan jejakmu.
Ibu...kami rindu padamu. Kami rindu masakanmu. Kami rindu suara tegasmu saat marah melihat kami yang suka berkelahi dan malas belajar. Kami rindu pergi ke pasar bersamamu dan dibelikan baju baru satu bulan menjelang hari raya tiba. Kami rindu mencari uban di kepalamu lalu beralasan ini itu karena malas dan mulai bosan. Kami rindu dibersihkan daun telinga dengan minyak makan dan dicarikan kutu. Kami rindu memelukmu dan ingin menangis di pangkuanmu. Karena kami ingin curhat ibu...
Ibu...sekarang kehidupan kami sangat baik. Kami hidup dengan akur dan tak pernah berkelahi lagi. Kami sedang dalam proses belajar meraih cita-cita. Dan Alhamdulillah 3 dari keempat anakmu sudah selesai sekolah.
Ibu...kami hanya tinggal berempat di rumah kita. Rumah kita yang sederhana yang dulu kita bangun bersama. Di rumah kita yang dulu ingin kami tinggalkan karena trauma Tsunami, tapi tak jadi karena begitu banyak kenangan disana.
Ibu...ayah sekarang semakin tua. Ia melewati masa pensiunannya dengan berkebun dan ke sawah di kampung halaman. Seperti keinginan yang pernah kalian sampaikan dulu pada kami sebelum ayah pensiun.
Ibu...meski kini kami hidup tanpamu. Tapi engkau selalu hidup dihati kami selalu dan selamanya.
We always ♥ u Mom

^_^